Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lirik Kuno Navajo (6) : Pesan Mengkhawatirkan

cerita ini diambil dari http://patriotgaruda.com/2015/12/28/lirik-kuno-navajo-6-pesan-mengkhawatirkan/


“Hahaha…. hahaha….hahaha….”
“Hahahahahaha…. hahaha….hahahahaha”

Dua orang ilmuwan dari divisi Riset Quantum sedang asyik menonton sebuah acara televisi sambil tertawa geli ketika Peter melewati area laboratorium mereka. Peter yang baru saja melakukan pemeriksaan manifest penerimaan material riset ikut tersenyum melihat tawa lepas 2 orang yang dia kenal baik itu. Kedua orang itu melambaikan tangan dari balik kaca laboratorium mereka. Salah seorang diantaranya kemudian memanggil Peter yang sepertinya ingin tahu apa yang mereka sedang tertawakan.

“Hai Peter…. Peter… kemarilah!”, kata Matthew Callahan, atau Mat, memanggil.

“Acara apa? Sepertinya lucu sekali”, Peter berkomentar setelah memasuki area depan lab tempat kedua orang temannya itu berada.

“Ini acara favorit kita… Debunk The Skunk!”


“Tentang apa?”

“Lihat saja”

****
Lirik Kuno Navajo (6) : Pesan Mengkhawatirkan
Lirik Kuno Navajo (6) : Pesan Mengkhawatirkan

Di layar TV nampak seorang lelaki gemuk berkacamata dan seorang tua yang sepertinya seorang warga asli Amerika atau Indian sedang duduk mengobrol di atas sofa. Dari judulnya sepertinya itu adalah sebuah acara yang mengulas hal-hal yang tidak umum terjadi atau bersifat konspiratif namun dengan nuansa yang satir dan skeptis.

“Jadi tuan Nakai apakah pendengar radiomu menganggap hal-hal aneh yang anda bicarakan itu sebagai sesuatu yang menarik?”, tanya sang lelaki gemuk berkacamata.
“Demikianlah yang mereka katakan dan yang saya bicarakan bukanlah hal-hal yang aneh. Itu adalah kenyataan yang ditutup-tutupi”, jawab sang Indian tua itu.
“Berapa banyak pemirsa yang mendengarkan acaramu?”
“Saya tidak tahu. Saya tidak pernah menghitungnya”
“Sebagai seorang pembicara di radio, anda seharusnya punya gambaran berapa jumlah pemirsa anda.”
“Itu cuma acara radio lokal. Saya tidak terlalu perduli. Lebih tepatnya saya tidak tahu cara menghitung jumlah pemirsaku.”
“Saya punya usul. Anda ingin tahu caranya?”
“Bagaimana?”
“Minta tolong pada kawan anda yang barusan anda katakan.”
“Kawan yang mana? Saya tidak bicara apa-apa soal kawan-kawanku.”
“Kawan anda yang membawa kapsul metalik untuk terbang dengan kecepatan supersoniknya berkeliling dari rumah ke rumah sambil mencatat.”

Hahahaha…..

Penonton di studio ruang siar acara itu tertawa dan demikian pula kedua rekan Peter yang menonton acara tersebut lewat TV. Peter hanya tersenyum kecut. Sebagai seorang keturunan Navajo, dia tidak begitu nyaman melihat seorang Indian, yang jika dilihat dari atributnya sepertinya juga seorang Navajo, dipermalukan dalam sebuah acara TV seperti itu.Peter menduga si Indian tua itu baru saja bercerita tentang alien atau UFO yang kemudian dijadikan bahan olok-olokan oleh sang pembawa acara.

“Jadi seperti apa rupa kawan anda itu ketika anda sedang ‘fly’ saat melihatnya?”, sang pembawa acara bertanya kembali.
“Pertama, dia bukan kawan saya. Itu jelas bukan manusia. Kedua, saya dalam keadaan sadar sepenuhnya. Saya sudah katakan tadi!”, Nakai merespon dengan kesal.
“Anda tadi katakan matanya besar berwarna hitam dengan bentuk yang runcing keatas?”
“Ya… seperti itu yang lihat.”
“Anda yakin itu bukan Oxley (merek kacamata) model terbaru yang mereka sedang kenakan?”

Hahahaha…..

Kembali penonton tertawa mendengar celetukan sinis dari sang pembawa acara. Juga kedua teman Peter.

Demikianlah, sepanjang acara tersebut segala perkataan sang nara sumber dijadikan bahan lelucon oleh sang pembawa acara. Nakai si Indian hanya duduk tegang dengan expresi kesal namun tetap mampu menguasai emosinya.

“Baiklah… sebelum kita akhiri, anda punya pesan kepada para penonton?”

Nakai tidak langsung menjawabnya. Dia merenung cukup lama sambil memejamkan mata. Dia tidak perduli ketika sang pembawa acara masih mengganggunya.

“Ayolah… jangan ‘fly’ di sini. Ini acara siaran langsung.” Hahahahaha….

Akhirnya Nakai membuka mata dan tampaknya akan mengatakan sesuatu.

“Meski ini ditonton oleh semua orang, namun pesan saya ini ditujukan hanya untuk 1 orang. Kamu…. seorang Navajo yang terjebak di negeri bawah tanah. Kamu mengira kamu sedang mengerjakan sesuatu yang hebat. Tidak. Kamu mengerjakan sesuatu yang sangat berbahaya. Berhati-hatilah. Dan begitu engkau tidak dibutuhkan maka engkau tidak akan pernah bertemu keluargamu lagi seperti juga yang terjadi pada teman-temanmu.”

“WOOOWW…. negeri bawah tanah? Dimanakah itu? Apakah di Disney Land?”. Hahahahaha….

Sang pembawa acara segera saja memanfaatkan kata-kata sang nara sumber untuk kembali dijadikan lelucon.

“Dan orang yang kamu maksud ini, siapa dia? Apa istimewanya dia? Apakah dia satu-satunya orang di dunia ini yang tidak tahu bahwa dia terjebak di kehidupan ini?” Hahahaha…
“Saya tahu dia siapa. Dia pasti ‘Jim Carey’ saat memerankan ‘The Truman Show’.” Hahahaha…

“Baiklah. Terimakasih tuan Nakai atas hiburannya. Anda berbakat sekali. Dan penonton… jika anda melihat sesuatu yang aneh atau tidak bisa di jelaskan dengan akal sehat, pastikan dulu, bahwa anda…..TIDAK SEDANG ‘FLY’ (=skunk)”.

Penonton sekali lagi terbahak dan bertepuk tangan ketika sang pembawa acara menyebutkan tagline acara itu sekaligus menutupnya.

****

Hingga akhir acara, Nakai sang nara sumber terus saja dipermalukan dan dijadikan bahan lelucon. Peter yang merasa kesal melihat perlakuan sang pembawa acara terhadap si Indian Nakai yang menjadi tamunya, kemudian mencoba beranjak untuk pergi.

“Hey Pete… mau kemana?”, kata Matthew berusaha menahan Peter untuk tetap tinggal.
“Harus kembali bekerja. Acara itu sudah habis bukan?”
“Kita masih banyak acara hiburan kawan. Santailah sejenak. Hari ini adalah weekend. Jangan habiskan seluruh hidupmu dengan bekerja.”
“… dan pergi kemana? Kita 200 meter dibawah tanah dengan ijin keluar yang begitu sulit untuk didapatkan.”
“Kita masih punya itu”, kata Boghdan rekan Matthew yang sejak tadi hanya tertawa-tawa. Dia menunjuk sebuah alat yang tersambung ke TV yang sedang mereka tonton.
“Dengan alat ini, kita bisa memilih untuk menonton saluran TV di seluruh dunia. Bahkan yang berbayar sekalipun.”, Boghdan menyambung.
“Ya…itu sebuah dekoder kan?”, tanya Peter memastikan. Setelah berbulan-bulan mereka bertugas di laboratorium bawah tanah tersebut, Peter memang tidak pernah menanyakan kegunaan alat yang mirip dekoder itu.
“Ini memang mirip dekoder, namun dengan kemampuan lebih. Dengannya kita dapat memilih dan menerjemahkan secara visual apa yang dikirimkan oleh ladang antena kita di luar.”, Matthew menjelaskan.
“Oke. Aku mengerti. Alat ini menerjemahkan sinyal siaran TV apapun yang ditangkap ladang antena diluar. Lalu dimana kelebihannya?”, Peter bertanya sekaligus menyimpulkan.
“Bukan hanya siaran TV. Kamu ingin yang lebih mengasyikkan? Kita bisa mengintip saluran komunikasi visual militer di seluruh dunia jika kita tahu saluran gelombang, arah, pola dan kode enkripsinya”, Matthew menyambung,
“Atau melakukan hal yang lucu seperti menguping komunikasi selular antar dua orang remaja dan mendengarkan mereka bertengkar di telepon. Hehehe…”, kata Boghdan menimpali.
“Benarkah? Pernahkah kalian melakukannya?”, Peter nampaknya belum yakin.

Matthew dan Boghdan berpandang-pandangan sebelum Matthew kemudian akhirnya menanggapi.
“Yah beberapa kali…. namun seringnya setelah lelah mencari saluran gelombang yang cocok, yang kita dapatkan hanyalah gelombang noise yang dipancarkan dari sebuah oven microwave yang sedang menghangatkan pizza yang dingin.”..
“Kalau kasusnya seperti itu, kembali bekerja adalah hal kedua terbaik yang bisa dilakukan.”, Peter menutup pembicaraan sambil berlalu.

****

Di laboratoriumnya, Peter yang berencana untuk memotong sebuah Zirkon dengan laser hanya termangu di meja laboratoriumnya. Entah kenapa dia memikirkan kata-kata sang Indian Nakai yang dilihatnya di TV barusan. Profil orang yang menjadi tujuan pesan dari si Indian tua itu cocok dengan dirinya. “Seorang Navajo yang terjebak di dalam kota bawah tanah”. Namun, bagaimana mungkin Nakai mengetahui keberadaan dirinya? Mereka berdua tidak saling kenal satu sama lain, tidak pernah berjumpa atau melakukan kontak apapun sebelumnya.

Ah… mungkin ini hanya sebuah kebetulan, Peter mencoba menenangkan dirinya. Tapi lanjutan pesan dari Nakai rasanya masih menyinggung dengan apa yang dilakukannya. Peter menyadari bahwa apa yang sedang dilakukannya merupakan sebuah terobosan dalam ilmu pengetahuan. Sebuah terobosan yang jika dipegang oleh pihak yang salah maka dapat dijadikan sebuah senjata yang sangat berbahaya.

Lalu apa yang dimaksud dengan bagian pesan yang dikatakan Nakai tentang nasib mereka yang tidak dibutuhkan dan tidak akan bertemu keluarganya lagi? Ah… sudahlah. Dia mencoba untuk tidak membayangkannya. Dia harus berfokus pada pekerjaannya sekarang agar dia segera mendapat pembayaran besar yang dijanjikan dan bertemu keluarganya kembali. Semoga itu hanya sebuah pesan acak tidak bermakna dari seorang Indian tua yang gila.

****

Benarkah itu sebuah hanya sebuah pesan asal-asalan dan tidak ditujukan kepada Peter?

Mari kita temukan jawabannya pada edisi-edisi berikutnya.
smile emotikon

Ingat… ini cuma dongeng. Yang juga berada di dalam sebuah dongeng.

by Patsus Namraenu biro Jabodetabek
Gambar by Google dan Patsus Citox

sumber: http://patriotgaruda.com/2015/12/28/lirik-kuno-navajo-6-pesan-mengkhawatirkan/

Posting Komentar untuk "Lirik Kuno Navajo (6) : Pesan Mengkhawatirkan "