Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lirik kuno Navajo (5) : Kota bawah tanah

 cerita ini di ambil dari http://patriotgaruda.com/2015/12/19/lirik-kuno-navajo-5-kota-bawah-tanah/

Alkisah, dunia ini terbagi atas 4 bangsa yaitu bangsa kulit putih, kulit merah, kulit hitam dan kulit kuning. Kesemua bangsa itu saling hidup rukun dan damai. Mereka saling bantu membantu dan berhubungan baik satu sama lain. Mereka terhubung dalam satu ikatan kuat yang membentuk sebuah keseimbangan yang terpusat pada keyakinan akan adanya Tuhan yang mengawasi semua perbuatan mereka.

Namun rupanya Tuhan juga menciptakan bangsa lain yang keberadaannya tidak disadari oleh ke-4 bangsa yang ada.

Bangsa ini tinggal di tempat-tempat tersembunyi yang tidak dapat dijangkau oleh ke 4 bangsa yang lain. Mereka bersembunyi atau disembunyikan oleh Tuhan karena sifat mereka yang kejam dan merusak. Mereka tinggal di gua, di balik gunung yang sulit dijangkau, di balik reruntuhan benteng-benteng tua dan tempat-tempat lain yang tidak jamak untuk ditempati manusia. Dari semuanya, kelompok yang tinggal di bawah tanah dari golongan bangsa ini lah yang paling jahat dan paling berbahaya.


Namun meskipun memiliki sifat yang jelek, mereka sangat cerdas dan cenderung licik. Karena itu meski mereka tinggal di tempat-tempat yang tidak umum, mereka tetap mampu membangun kehidupan di manapun mereka bermukim. Dan, kembali, kelompok yang tinggal di bawah tanah dari bangsa ini adalah yang paling cerdas diantara semuanya.

Sebenarnya kemampuan mereka membangun “peradaban” di tempat-tempat yang aneh itu tidak melulu karena kehebatan atau kecerdasan mereka. Sebagaimana yang dikatakan diatas, mereka cerdas namun juga licik. Sesekali mereka menyamar dan mendatangi tempat manusia-manusia dari ke-4 bangsa lain untuk mencari tahu siapa diantara mereka yang pintar dan dibutuhkan keahliannya. Jika mereka sudah menemukannya maka mereka akan menawari orang tersebut untuk bekerja di tempat mereka dengan bayaran yang tinggi, tentu tanpa mengatakan darimana asal mereka sebenarnya.

Tidak semua orang yang ditawari itu mau untuk menerimanya karena umumnya masyarakat ke-4 bangsa itu lebih suka bekerja di negeri mereka sendiri. Karena itu untuk membuat penawaran mereka semakin menarik, mereka menawari dengan berbagai upeti lainnya. Namun jika masih juga ditolak maka mereka tidak segan-segan untuk menculiknya. Mereka yang menerima penawaran tersebut maupun yang diculik paksa baru menyadari mereka bekerja untuk sebuah bangsa yang jahat setelah mereka melihat sendiri tempat tinggal yang asli dari bangsa “asing” tersebut.

Demikianlah, bangsa yang jahat itu akhirnya dengan berbagai upaya berhasil mengumpulkan banyak manusia dengan keahlian yang mereka butuhkan dari ke-4 bangsa yang ada untuk dipekerjakan di tempat mereka. Karena keberadaan mereka yang jauh didalam tanah dan sulit untuk keluar karena ketatnya penjagaan maka terpaksalah manusia-manusia yang sebenarnya memiliki sifat baik ini harus menurut kepada bangsa jahat yang menipu dan menculik mereka. Pembayaran yang mereka terima juga akhirnya tidak mampu mereka nikmati karena mereka terkurung di dalam tanah dan tidak bisa membelanjakannya.
Lirik kuno Navajo (5) : Kota bawah tanah
Lirik kuno Navajo (5) : Kota bawah tanah
Bahkan banyak diantara mereka yang belum menerima apa yang dijanjikan. Dikatakan kepada mereka bahwa mereka baru akan menerima upah mereka ketika mereka sudah selesai sepenuhnya dengan pekerjaan mereka dan kembali ke atas permukaan. Banyak diantara mereka yang memang telah menyelesaikan pekerjaannya, menerima upahnya dan kembali ke “permukaan”. Harapan untuk bertemu kembali keluarga dan menerima upah yang dijanjikan akhirnya membuat semua yang dipekerjakan oleh bangsa jahat ini akhirnya mau menuruti apapun yang diperintahkan.

****************
Salah satu diantara mereka yang juga tertipu adalah seorang pemuda dari bangsa kulit merah yang bernama Piataru si Rusa Gunung. Sebagai seorang yang cerdas dan punya keinginan untuk menerapkan ilmunya yang mampu membaca bumi, Piataru pun tertarik untuk menerima penawaran itu. Piataru memang suka mendengar bumi bernyanyi dalam kesunyian. Sehingga ketika seseorang mengajaknya untuk membuat alat yang mampu mendengar bumi bernyanyi setiap waktu, tanpa pikir panjang Piataru pun menerimanya. Di awal Piataru memang sangat antusias membuat alat itu. Dia membuat gambarnya dan meminta pihak yang mempekerjakannya untuk mengumpulkan benda-benda untuk membuat alat itu.

Namun setelah dua musim salju berlalu, Piataru mulai kehilangan minatnya. Dia merasa pihak yang mempekerjakannya mengubah alat yang dibuatnya. Dia tidak mengetahui alat itu akan dibuat menjadi apa namun sepertinya untuk sesuatu yang membahayakan. Apalagi setelah dia melihat di ruangan yang lain, berbagai alat yang aneh dan mengerikan juga sedang dibuat. Dia mendapat kabar bahwa berbagai alat aneh itu akan semakin kuat dengan bantuan alat yang dibuatnya.

Piataru pun mulai gelisah. Dia khawatir alat yang dibuatnya bisa membahayakan negeri 4 bangsa. Ini jelas tidak seperti harapannya. Karena itulah dia mulai mempelajari keadaan sekitarnya dan alat-alat lain yang juga sedang dibuat disitu. Jika sebelumnya Piataru adalah seorang pemuda yang tidak terlalu perduli pada sekitarnya dan hanya memikirkan alat yang dibuatnya, kini tidak lagi. Piataru pun diam-diam menyusun rencana untuk mempelajari alat-alat disitu terutama alat yang akan digabung dengan alat yang dibuatnya. Dan jika terbukti benar alat-alat itu akan digunakan untuk sesuatu yang membahayakan 4 bangsa, Piataru akan mencoba mencegahnya semampunya.
Lirik kuno Navajo (5) : Kota bawah tanah
Lirik kuno Navajo (5) : Kota bawah tanah

****************
Seperti apakah perjuangan Piataru di dalam kota bawah tanah itu? Berhasilkah dia dengan rencananya?
****************
Nantikan kelanjutan dongeng yang sedang diceritakan oleh kepala suku Charanimo kepada Martin tersebut!

By Patsus Namraenu biro Jabodetabek
Gambar by Google dan Patsus citox


sumber: http://patriotgaruda.com/2015/12/19/lirik-kuno-navajo-5-kota-bawah-tanah/

Posting Komentar untuk "Lirik kuno Navajo (5) : Kota bawah tanah"