Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ekspresi Epidermal Growth Factor Receptor(EGFR) Pada Kulit Tikus Setelah Pemaparan Sinar Ultraviolet B - Seborrhoic Keratosis Sebagai Temuan Kebetulan Dan Unik

Epidermal growth Factor

Ultraviolet B (UVB) merupakan komponen kecil dari sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi, penelitian menunjukkan bahwa sinar ini paling efektif untuk menginduksi kanker kulit pada hewan. Radiasi UV-B merupakan karsinogen paling lengkap, dimana UV-B mampu memulai, sebagai promoter, dan mempercepat pembentukan kanker kulit. Penelitian mengenai kanker kulit yang disebabkan oleh paparan berulang dari Radiasi UV memberikan sistem model yang sangat baik untuk menyelidiki mekanisme molekuler dari ultraviolet karsinogenik. Percobaan dengan menggunakan hewan, terutama tikus, telah menghasilkan banyak data bagaimana perkembangan tumor kulit dari yang tergantung pada dosis, waktu, dan panjang gelombang radiasi sinar UV.

Radiasi ultraviolet menyebabkan kerusakan DNA dan efek epigenetik dalam menanggapi kerusakan DNA. Efek epigenetik radiasi UV melingkupi perubahan dalam ekspresi gen dan sinyal yang mengatur proliferasi sel dan kelangsungan hidup dalam jangka pendek dan berkontribusi terhadap perkembangan kanker kulit dalam jangka panjang. Paparan induksi UV menyebabakan sejumlah gejala patologis dimulai Perubahan pada kulit mamalia, termasuk eritema, edema, hiperplasia epidermal, formasi sel terbakar sinar matahari(Sun Burn cells formation), penekanan sistem kekebalan, dan mengubah ekspresi berbagai gen yang terkait dengan proliferasi dan diferensiasi dan pada akhirnya menyebabkan perkembangan kanker kulit. Hasil paparan ultraviolet di aktivasi cepat oleh epidermal growth factor Receptor (EGFR) dengan mekanisme oksigen reaktif(reactive oxygen) intermediate-mediated . Pada respon aktivasi induksi UV, EGFR meningkatkan proliferasi sel, menekan kematian sel, dan meningkatkan serta mempercepat hiperplasia epidermis. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa EGFR terlibat dalam karsinogenesis pada kulit mencit, ini dikarenakan terjadi abrasi genetik pada reseptor yang mengurangi pertumbuhan tumor kulit. Kulit yang terpapar radiasi UV menghasilkan reactive oksygen spesies (ROS) dalam jumlah berlebihan yang dengan cepat meningkatkan antioksidan pada jaringan dan jalur oxidant-degrading lainnya.

Pemberian berbagai antioksidan dapat membalikkan perubahan imbas dari UV-B pada siklus sel dan protein pengatur siklus sel. Vitamin E dan selenium sepertinya mampu bekerja secara sinergis, yang berfungsi sebagai pemberhenti rantai antioksidan dan mencegah penyebaran reaksi radikal bebas di semua sel dalam tubuh. Tes Total antioksidan Status (TAS) telah dirancang untuk menentukan kekuatan antioksidan dari keseluruhan sampel yang berinteraksi dengan antioksidan dan interaksi lainnya. Evaluasi TAS dalam cairan tubuh telah digunakan sebagai salah satu penanda biologi untuk memantau stres oksidatif pada manusia.

1. Epidermal growt factor receptor expression(EGFR)
Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR), juga dikenal sebagai Human Epidermal Growth Factor Receptor 1, adalah protein yang terikat pada Epidermal Growth Factor. Dalam keadaan normal, ikatan EGFR ini dengan Epidermal Growth Factor akan merangsang aktivitas enzim tirosin kinase,
dan kemudian mengaktifasi sejumlah molekul dalam sel, sehingga akan mengendalikan pertumbuhan sel.

EGFR banyak ditemukan pada permukaan sel-sel kanter tertentu, dan membuat sel-sel kanker tersebut memisah-misah. Oleh sebab itu, EGFR dianggap sebagai komponen yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan sel kanker atau tumor. Mengingat pentingnya komponen ini, penelitian-penelitian seringkali difokuskan pada EGFR untuk mengembangkan terapi kanker.
EGFR juga diduga memiliki peranan penting dalam merangsang angiogenesis (pembentukan pembuluh darah baru), memicu metastasis dan menghambat apoptosis (proses kematian sel yang terprogram).

2. Sinar ultraviolet
Terdapat dua jenis radiasi, yaitu radiasi alam dan radiasi buatan. Radiasi alam dapat berupa radiasi kosmis, yaitu radiasi yang berasal dari luar angkasa ke bumi, serta radiasi dari bahan radioaktif pada berbagai materi di sekitar kita. Radiasi buatan merupakan radiasi hasil rekayasa genetika.
radiasi sinar UV merupakan energi panas yang menimbulkan perubahan suhu, tekanan dan kelembaban udara di bumi. Radiasi sinar UV menurut panjang gelombangnya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Sinar UV-A
UV-A adalah sinar UV yang paling banyak menimbulkan radiasi, dengan panjang gelombang 100-290 nm. Sinar UV-A meliputi 95% radiasi yang mencapai permukaan bumi dan 30-50 kali lebih umum dari sinar UV-B walaupun kurang intens. Radiasi UV-A menembus sampai dermis dan dapat merusak serat-serat yang berada di dalamnya. Selain itu, UV-A dapat menembus kaca. Intensitas radiasi UV-A lebih konstan daripada UV-B. Efek yang ditimbulkan adalah pigmentasi kulit, kerusakan kulit dan kerutan.

b. Sinar UV-B
UV-B memiliki panjang gelombang 290-320 nm. Sinar ini biasanya hanya merusak lapisan luar kulit (epidermis). Sinar UV-B memiliki intensitas tertinggi saat sinar matahari terang (antara jam 10:00-14:00). Sebagian sinar UV-B terblokir oleh lapisan ozon di atmosfer.
Dalam jumlah kecil, radiasi UV-B bermanfaat untuk sintesis vitamin D dalam tubuh, tetapi paparan berlebihan dapat menimbulkan kulit kemerahan atau terbakar dan efek berbahaya sintesis radikal bebas yang memicu eritema dan katarak. Sinar ini juga menyebabkan kerusakan fotokimia pada DNA sel sehingga memicu tumbuhnya kanker kulit.

c. Sinar UV-C
UV-C memiliki panjang gelombang 320-400 nm. UV-C menimbulkan bahaya terbesar dan menyebabkan kerusakan terbanyak. Namun, mayoritas sinar ini terserap di lapisan atmosfer (ozon). Dengan meluasnya kerusakan lapisan ozon karena pelepasan bahan kimia tertentu ke lingkungan, seperti CFC (Freon) dan lainnya, akan banyak UV-C yang lolos ke bumi dan menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi manusia.

3. Seborrheic Keratosis(SK)
Seborrheic Keratosis adalah salah satu jenis yang paling umum dari kanker jinak pada pertumbuhan kulit orang dewasa. Pada kenyataannya, kebanyakan orang setidaknya memiliki satu Seborrheic Keratosis di beberapa titik di tubuh mereka. Seborrheic keratosis biasanya berwarna cokelat, hitam atau pucat, muncul di wajah, dada, bahu atau punggung. Jika diraba bersisik dibanding kulit normal di sekitarnya. Kadang-kadang Seborrheic Keratosis muncul sendiri-sendiri, tetapi kadang bintik-bintik kecil tersebut tumbuh

 Download artikel lengkapnya, klik disini

Posting Komentar untuk "Ekspresi Epidermal Growth Factor Receptor(EGFR) Pada Kulit Tikus Setelah Pemaparan Sinar Ultraviolet B - Seborrhoic Keratosis Sebagai Temuan Kebetulan Dan Unik"